Beranda | Artikel
Tafsir Surat Al-Ghasyiyah - Tafsir Juz Amma
Jumat, 1 November 2019

Tafsir Surat Al-Ghasyiyah

Oleh: DR. Firanda Andirja, MA

Surat Al-Ghasyiyah adalah surat makiyyah. Dan sebagaimana yang telah berlalu pada tafsir surat Al-A’la bahwasanya surat Al-A’la bersama surat Al-Ghasyiyah dibaca oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam dalam shalat jumat, demikian juga dalam shalat idul fithri dan idul adha, yang mana pada momen-momen tersebut adalah saat-saat berkumpulnya manusia dalam jumlah yang besar. Karena surat Al-Ghasyiyah berisi peringatan tentang hari akherat dan di dalam surat tersebut dikabarkan bahwasanya manusia di akherat kelak akan terbagi menjadi dua golongan, sebagian masuk surga sebagian masuk neraka jahannam.

Allah berfirman pada permulaan surat:

  1. هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

“Sudahkah sampai kepadamu berita tentang (Hari Kiamat)?”

Ada beberapa pendapat di kalangan ahli tafsir tentang makna Al-Ghasyiyah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Al-Qurthubi rahimahullah di dalam tafsirnya. (lihat Tafsir Al-Qurthubi 20/25-26)

Pendapat pertama mengatakan bahwasanya Al-Ghasyiyah adalah salah satu nama hari kiamat. Dan telah berlalu penjelasan bahwasanya nama-nama hari kiamat ada banyak, dimana nama-nama tersebut menunjukkan sifat-sifat hari kiamat. Dan diantara namanya adalah Al-Ghasyiyah yang secara bahasa artinya meliputi. Dinamakan demikian karena kedahsyatan hari kiamat dan kengeriannya akan meliputi seluruh makhluk pada saat itu. Ketika ditiupkan sangkakala yang pertama maka terjadilah kegoncangan, kedahsyatan, kengerian, kehancuran alam semesta, dan semua ini meliputi seluruh makhluk.

Pendapat kedua mengatakan bahwasanya Al-Ghasyiyah adalah salah satu nama neraka. Oleh karena itu, Allah menggunakannya di dalam Al-Quran pada firman-Nya:

سَرَابِيلُهُم مِّن قَطِرَانٍ وَتَغْشَىٰ وُجُوهَهُمُ النَّارُ

“Pakaian mereka dari cairan aspal, dan wajah mereka ditutupi oleh api neraka.” (QS Ibrahim : 50)

Allah menggunakan kalimat وَتَغْشَىٰ yang artinya meliputi dan menutupi, sehingga sebagian ulama mengatakan bahwasanya Al-Ghasyiyah artinya neraka jahannam, sehingga makna ayat adalah Allah menanyakan apakah telah datang berita tentang neraka jahannam, yang akan meliputi orang-orang yang disiksa dalam neraka jahannam sampai wajah mereka tertutupi oleh api yang sangat panas. Dan memang api neraka meliputi penghuninya dari segala sisi. Karenanya Allah berfirman :

لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ذَلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ يَاعِبَادِ فَاتَّقُونِ

Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku (QS Az-Zumar : 16)

Allah juga berfirman :

إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ

“Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zhalim, yang gejolaknya mengepung mereka.” (QS Al-Kahfi : 29)

Pendapat ketiga mengatakan bahwasanya Al-Ghasyiyah adalah penghuni neraka jahannam itu sendiri, dimana penghuni neraka jahannam تَغْشَىٰ النَّارَ akan masuk ke dalam neraka jahannam sehingga seluruh tubuh mereka akan diliputi neraka jahannam. Intinya semuanya mengabarkan tentang hari akherat yang sangat mengerikan.

Kemudian Allah menyebutkan golongan yang pertama yaitu golongan yang diadzab oleh Allah didalam neraka jahannam. Allah berfirman:

  1. وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ

“Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina”

Yaitu orang-orang kafir yang diadzab oleh Allah di dalam neraka jahannam. Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwasanya pada hari tersebut mereka tertunduk terhina. Dari wajah mereka akan timbul kekhusyu’an karena selama di dunia mereka tidak pernah khusyu’ sama sekali. Mereka selama di dunia senantiasa dalam keadaan gembira dan hidup berhura-hura. Inilah sifat orang-orang yang mendapatkan catatan amal dengan tangan dari belakang. Sebagaimana penjelasan yang telah berlalu pada tafsir surat Al-Insyiqaq. Allah berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا (12) إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا (13)

“(10) Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang; (11) maka dia akan berteriak, “Celakalah aku!”; (12) Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka); (13) Sungguh dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang sama-sama kafir).” (QS Al-Insyiqaq : 10-13)

Demikianlah kondisi orang-orang kafir, mereka mengisi kehidupan mereka dengan senang-senang, foya-foya, dan tertawa, tidak pernah timbul kekhusyu’an dalam hati mereka. Tidak pernah terbetik dalam hati mereka untuk shalat, membayar zakat, berhaji, tidak pula pernah terbetik tentang kedahsyatan dan kengerian hari kiamat. Hanya hura-hura yang mereka lakukan sehingga di akherat kelak Allah menghinakan mereka, jadilah wajah-wajah mereka khusyu’ tertunduk ketakutan.

Berbeda dengan kondisi orang-orang mukmin. Tatkala di dunia mereka senantiasa diliputi rasa khawatir terhadap hari kiamat dan rasa takut dengan adzab Allah. Bahkan orang-orang yang beramal shaleh pun merasa takut, sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.” (QS Al-Mu’minun : 60)

Orang mukmin senantiasa ada kekhawatiran di dalam dirinya, dia hidup antara raja’ dan khauf, antara harapan dan kekhawatiran. Mereka berharap akan mendapatkan surga Allah dan khawatir akan diadzab di neraka jahannam. Sehingga tampak kekhusyu’an dalam shalatnya dan ibadah-ibadah lainnya. Maka di akherat kelak ketakutan ini akan hilang. Allah berfirman tentang mereka:

قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27)

“(26) Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab); (27) Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka’.” (QS At-Thur : 26-27)

Inilah kondisi orang-orang mukmin tatkala mereka khusyu’ di dunia maka di akherat mereka akan hidup dalam kesenangan. Berbeda dengan orang-orang kafir yang pada hari tersebut wajah-wajah mereka khusyu’ ketakutan dan dihinakan oleh Allah.

Kemudian Allah berfirman:

  1. عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ

“(karena) bekerja keras lagi kepayahan”

Ada 2 pendapat di kalangan para ulama tentang makna ayat ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Al-Qurtubi di dalam tafsirnya, yang dua-duanya berasal dari salaf.

Pendapat pertama menyatakan bahwasanya bekerja keras lagi kepayahan ini berkaitan dengan orang-orang yang selama di dunia bersusah payah beramal shalih, mereka berletih-letih beramal shalih namun di akhirat mereka tetap masuk neraka jahannam. Ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa amalan mereka adalah amalan yang shalih, ternyata tidak diterima oleh Allah. Diantaranya adalah para pendeta, mereka bersusah payah melakukan amalan tetapi tidak diterima oleh Allah.

Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir sebuah riwayat :

مَرَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ الله تعالى عَنْهُ بِدَيْرِ رَاهِبٍ، قَالَ فَنَادَاهُ يَا رَاهِبُ، فَأَشْرَفَ قَالَ فَجَعَلَ عُمَرُ يَنْظُرُ إِلَيْهِ وَيَبْكِي، فَقِيلَ لَهُ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَا يُبْكِيكَ مِنْ هَذَا؟ قَالَ: ذَكَرْتُ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ: عامِلَةٌ ناصِبَةٌ تَصْلى نَارًا حامِيَةً فذاك الذي أبكاني

Umar bin Al-Khotthob melewati tempat tinggal seorang rahib (pendeta), lalu Umar memanggilnya, “Wahai sang pendeta”, lalu munculah sang pendeta. Maka Umarpun memandangnya dan menangis. Maka ditanyakan kepada beliau, “Wahai Amirul mukminin apa yang membuat anda menangis?” Beliau berkata, “Aku ingat firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam al-Qur’an : عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ “(karena) bekerja keras lagi kepayahan”, itulah yang membuatku menangis”. (Tafsir Ibnu Katsir 8/376)

Umar merenungkan para pendeta yang beribadah namun  di atas kesesatan. Mereka berletih-letih beribadah di dunia tetapi di akhirat masuk neraka jahannam karena tidak diterima oleh Allah, hal inilah yang membuat ‘Umar menangis.

Demikian juga diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ketika menafsirkan “‘aamilatun nashibah”, kata Ali mereka adalah Khawarij, yang mereka beribadah luar biasa tetapi tidak bermanfaat untuk mereka. Sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi shalallahu alayhi wa sallam dalam haditsnya:

يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

Salah seorang kalian meremehkan shalatnya di hadapan shalat mereka, puasanya di hadapan puasa mereka, dan bacaannya di hadapan bacaan mereka, mereka membaca Al Quran (akan tetapi) tidak melampaui tenggorokan mereka, mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah keluar (saat menembus) sasarannya.” (HR. Bukhari (3610), (3344), Muslim (1064)

Dan demikianlah nasib yang mengerikan bagi para ahli bid’ah, mereka beribadah dengan susah payah dan berletih-letih akan tetapi ibadah mereka tidak diterima oleh Allah. Siapa yang bisa mengalahkan ibadah orang-orang Khawarij, kekhusyukan, sujudnya, puasanya, bahkan kata Nabi ibadah para sahabat tidak ada apa-apanya mereka. Akan tetapi mereka mengkafirkan kaum muslimin, mereka mengkafirkan Ali bin Abi Thalib dan para sahabat yang bersamanya, mereka memiliki aqidah yang berbahaya. Oleh karena itu, mereka di akhirat kelak masuk neraka jahannam meskipun di dunia telah bersusah payah beribadah kepada Allah.

Pendapat pertama ini yang dipilih dan dikuatkan Imam Al-Qurthubi, beliau mengatakan bahwasanya yang namanya amalan semuanya di dunia dan tidak ada di akherat. Ini artinya Allah sedang membicarakan orang-orang yang masuk neraka jahannam yang ketika mereka di dunia banyak beramal. Merekalah orang-orang kafir yang banyak beribadah seperti orang nasrani yang banyak beribadah di atas kesesatan atau para ahli bid’ah yang mereka beribadah namun tidak diterima oleh Allah karena amalan tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam.

Pendapat kedua sebagaimana yang dipilih oleh sebagian besar ahli tafsir, dan ini adalah pendapat yang kuat bahwasanya yang dimaksud dengan “‘aamilatun nashibah” adalah orang-orang kafir yang dibuat bekerja keras dengan pekerjaan-pekerjaan yang melelahkan dan mamayahkan mereka di akherat kelak sebagai siksaan dari Allah. Diantaranya ketika semua manusia berdiri di padang mahsyar sementara matahari jaraknya hanya 1 mil dari kepala. Adapun orang-orang beriman mereka akan dinaungi oleh ‘Arsy Allah, akan tetapi orang-orang kafir keringat mereka bercucuran sampai menutupi wajah-wajah mereka. Lebih dari itu, mereka akan menunggu hari dimana hari tersebut satu harinya seperti 50.000 tahun. Sungguh ini merupakan suatu kepayahan dan keletihan. Setelah itu, di neraka jahannam mereka akan disiksa dengan siksan-siksaan yang membuat payah. Allah berfirman:

سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا

“Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.” (QS Al-Mudatstsir : 147)

Diantara tafsiran صَعُودًا adalah sebuah gunung di neraka jahnnam yang orang-orang kafir disuruh memanjatnya. Sementara gunung tersebut sangat licin dan sangat panas, mereka berusaha memanjat lalu tangan mereka hancur karena memegang dinding gunung tersebut yang sangat panas, dan mereka disuruh terus untuk naik ke atas gunung tersebut. Jika berhasil, maka mereka kemudian menjatuhkan diri lagi ke lembah neraka jahannam, lalu naik lagi, demikian seterusnya. Dan sungguh ini adalah pekerjaan yang sangat berat lagi meletihkan.

Diantara  kepayahan yang akan mereka hadapi juga yaitu dibelenggu dengan rantai-rantai besi lalu digeret di atas belenggu-belenggu besi tersebut. Allah berfirman:

إِذِ الْأَغْلَالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلَاسِلُ يُسْحَبُونَ (71) فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ (72)

“(71) Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret; (72) Ke dalam air yang sangat panas kemudian mereka dibakar dalam api.” (QS Ghafir : 71-72)

Oleh karena itu, pendapat kedua ini mengatakan bahwasanya yang dimaksud dengan “‘aamilatun nashibah” adalah orang-orang yang letih dan payah karena harus merasakan adzab yang pedih dan siksaan yang berat dari Allah.

Kemudian Allah berfirman:

  1. تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً

“Mereka memasuki api yang sangat panas (neraka jahannam)”

Neraka jahannam telah dinyalakan dan dipanaskan dalam waktu yang sangat lama (Tafsir Al-Qurthubi 20/28), yang disiapkan untuk orang-orang kafir. Sehingga tatkala telah mencapai puncak panasnya, dimasukkanlah orang-orang kafir ke dalamnya. Sebagian ulama berpendapat bahwa api neraka yang pasti panas kemudian disifati lagi oleh Allah dengan حَامِيَةً “panas” yaitu maksudnya neraka dalam kondisi marah, sebagaimana firman Allah

تَكادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ

Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. (QS Al-Mulk : 8)

Allah juga berfirman :

إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا

Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya (QS al-Furqon : 12)

  1. تُسْقَىٰ مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ

“Diberi minum dari sumber air yang sangat panas

آنِيَةٍ diambil dari kata الْإِينَاءِ yang artinya adalah التَّأْخِيرِ, yaitu diakhirkan, maksudnya adalah sumber air tersebut telah dipanaskan sejak lama sejak neraka diciptakan, sehingga mencapai pada puncak kepanasan. (Tafsir Al-Qurthubi 20/39)

  1. لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ

“Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri”

Yang dimaksud dengan ضَرِيعٌ sebagaimana yang disebutkan oleh para ahli tafsir adalah semacam sejenis tumbuhan berduri yang jika dalam kondisi basah dikenal dengan nama الشِّبْرِقُ syibriq jika oleh orang-orang Quraisy, dan jika dalam kondisi kering disebut dengan dhorii’, dimana tumbuhan ini tidak didekati oleh hewan-hewan karena tumbuhan ini beracun. Dan sebagian ulama berpendapat bahwa dhorii’ adalah pohon yang terbuat dari api (lihat Tafsiir At-Thobari 24/331-333). Disebutkan bahwasanya seandainya onta yang terlanjur makan pohon berduri atau rumput berduri ini maka tubuhnya akan keracunan kemudian menjadi kurus dan berpenyakitan. Ini adalah tumbuhan yang dikenal di dunia, adapun di akhirat maka hakikat tumbuhan ini berbeda. Allah hanya menyebutkan nama tumbuhan yang paling buruk di dunia yang bahkan hewan-hewan pun tidak ada yang mau mendekatinya karena berduri dan beracun. Tetapi makanan inilah yang akan menjadi makanan bagi orang-orang kafir di akherat kelak.

Orang-orang kafir ketika mereka menunggu di padang mahsyar 50.000 tahun lamanya maka mereka akan sangat lapar dan sangat haus. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi:

إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

“Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zhalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS Al-Kahfi : 29)

Sebelum mereka minum wajah mereka sudah terbakar karena uap dari minyak yang sangat panas tersebut. Dan karena saking hausnya mereka tetap saja harus minum, apapun minumannya, meskipun itu akan menyakiti dan menghancurkan tubuh mereka. Ibarat seseorang yang mengonsumsi morfin, karena sudah kecanduan maka dia akan mengonsumsinya terus menerus meskipun dia tahu morfin itu akan merusak tubuhnya. Demikianlah penghuni neraka jahannam, mereka tidak peduli yang penting mereka ingin menghilangkan rasa dahaga mereka. Allah menyebutkan tentang air minum tersebut, Allah berfirman:

كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ

“Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga ususnya terpotong-potong?” (QS Muhammad : 15)

Namun mereka sangat kehausan sehingga mereka merasa harus minum meskipun minuman tersebut membawa penderitaan. Demikian juga rasa lapar yang mencekik perut-perut mereka yang mengharuskan mereka untuk makan. Namun makanan yang bisa mereka nikmati adalah makanan berduri lagi beracun tersebut. Selain makanan berduri tersebut, Allah juga menerangkan makanan penghuni neraka yang lain. Allah berfirman:

وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِينٍ

“Dan tidak ada makanan (baginya) kecuali dari darah dan nanah.” (QS Al-Haqqah : 36)

Ghislin adalah nanah-nanah yang keluar dari penghuni neraka jahannam yang disiksa. Dan ini akan menjadi makanan bagi penghuni neraka jahannam satu sama lain. Kemudian dalam ayat yang lain Allah juga menjelaskan makanan penghuni neraka Jahannam yang lain, yaitu zaqquum.

Saat Abu Jahal mendengar tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang buah atau pohon zaqqum, yang merupakan makanan penghuni neraka jahanam. Kemudian dia mengumpulkan orang-orang Quraisy lalu dia mengejek ayat ini dengan mengatakan,

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ هَلْ تَدْرُونَ مَا شَجَرَةُ الزَّقُّومِ الَّتِي يُخَوِّفُكُمْ بِهَا مُحَمَّدٌ؟ قَالُوا: لَا، قَالَ: عَجْوَةُ يَثْرِبَ بِالزُّبْدِ. وَاللَّهِ لَئِنِ اسْتَمْكَنَّا مِنْهَا لَنَزْقُمَنَّهَا تَزَقُّمًا

“Wahai orang-orang Quraisy, kalian tahu apa itu pohon zaqqum? Yang Muhammad menakut-nakuti kalian dengan pohon tersebut?”.

Orang-orang Quraisy menjawab, “Kami tidak tahu pohon apakah itu.”

Kemudian Abu Jahal berkata, “Itu adalah kurma ajwa kota Madinah. Demi Allah seandainya saya bisa mendapatkan pohon zaqqum, niscaya saya akan makan sepuas-puasnya.”

Akhirnya Allah menurunkan ayat yang menjelaskan tentang pohon zaqqum. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ (43) طَعَامُ الْأَثِيمِ (44) كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ (45) كَغَلْىِ الْحَمِيمِ (46)

“Sesungguhnya pohon Zaqqum adalah makanan bagi orang-orang yang berdosa, sebagaimana minyak yang panas yang mendidih dalam tubuh, sebagaimana mendidihnya air panas.” (QS Ad-Dukhān 43-46)[1]

Kemudian dalam hadist, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam pernah bersabda,

وَلَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ، لَأَمَرَّتْ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ عَيْشَهُمْ، فَكَيْفَ مَنْ لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا الزَّقُّومُ

“Seandainya ada satu getah dari buah zaqqum yang menetes di atas muka bumi ini, niscaya akan merusak kehidupan seluruh penghuni bumi. Maka bagaimana lagi dengan mereka yang tidak ada makanan bagi mereka kecuali hanya pohon Zaqquum” (HR Ahmad no 2735 dan dinilai shahih oleh para pentahqiq al-Musnad)

Para ulama menyebutkan bahwasanya tiga makanan inilah yang menjadi makanan penghuni neraka jahannam. Namun para ulama berbeda pendapat apakah setiap penghuni neraka akan memakan tiga jenis makanan ini atau tidak. Sebagian ulama mengatakan bahwasanya setiap penghuni neraka jahannam akan makan dari tiga jenis makanan tersebut. Sebagain ulama yang lain berpendapat bahwasanya makanan ini menjadi konsumsi penghuni neraka sesuai derajatnya, ada tingkatan hanya makan dhari’, ada tingkatan hanya makan ghislin, ada tingkatan hanya makan zaqqum. Intinya, tiga jenis makanan inilah yang menjadi makanan para penghuni neraka jahannam yang mana mereka harus memakannya karena lapar yang sangat yang mereka rasakan, meskipun itu akan merusak tubuh-tubuh mereka.

Kemudian Allah berfirman:

  1. لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ

“Yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar”

Orang yang makan itu mempunyai dua tujuan, yang pertama adalah untuk menghilangkan rasa lapar dan mengenyangkan, yang kedua untuk membesarkan tubuhnya. Tetapi makanan yang dikonsumsi oleh penghuni neraka jahannam ini ini tidak bisa mengenyangkan, tidak bisa menghilangkan rasa lapar, bahkan akan semakin membuat perut mereka kelaparan dan mereka terus memakan makanan mengerikan tersebut.

Setelah Allah menyebutkan tentang kondisi kelompok pertama yang masuk neraka jahannam, Allah kemudian menyebutkan tentang kondisi kelompok kedua yang masuk ke dalam surga. Allah berfirman:

  1. وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ

“Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri”

Mereka adalah penghuni surga. Wajah mereka berseri-seri dan wajah yang berseri-seri itu menunjukkan bahwa tubuh mereka seluruhnya juga dalam keadaan bahagia. Karena kebahagiaan dan kesedihan akan tampak pertama kali dari wajah. Allah berfirman:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS Yunus : 62)

Kesedihan dan kekhawatiran senantiasa meliputi mereka ketika di dunia, tetapi setelah di akherat semuanya hilang. Tidak ada lagi rasa letih, tidak ada kekhawatiran, tidak ada kesedihan, melainkan wajah-wajah mereka pada hari itu dalam keadaan berseri-seri.

Allah berfirman:

  1. لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ

“Mereka senang karena usahanya (sendiri)”

Saat masih di dunia mereka beramal shalih, mereka shalat, berpuasa, membayar zakat, berhaji, mereka membaca Al-Quran, mereka menjaga diri dari hal-hal yang haram, sehingga di akherat Allah menampakkan balasan-Nya dan mereka ridha dengan balasan tersebut.

Kemudian Allah berfirman:

  1. فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ

“(Mereka) dalam surga yang tinggi.”

  1. لَّا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً

“Disana (kamu) tidak akan mendengar perkataan yang tidak berguna”

Allah berfirman dalam ayat yang lain:

يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَّا لَغْوٌ فِيهَا وَلَا تَأْثِيمٌ

“(Di dalam surga itu) mereka saling mengulurkan gelas yang isinya tidak (menimbulkan) ucapan yang tidak berfaedah ataupun perbuatan dosa.” (QS At-Thur : 23)

Semua perkataan mereka menyenangkan dan mendatangkan kebahagiaan. Tidak ada perkataan yang sia-sia dan tidak pula ada perkataan yang mendatangkan kemaksiatan. Demikianlah pembicaraan diantara penghuni surga.

  1. فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ

“Disana ada mata air yang mengalir”

  1. فِيهَا سُرُرٌ مَّرْفُوعَةٌ

“Disana ada dipan-dipan yang ditinggikan”

  1. وَأَكْوَابٌ مَّوْضُوعَةٌ

“Dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya)”

Para penghuni surga tidak perlu berjalan kaki untuk mengambil gelas-gelas yang ingin dia minum darinya. Karena Allah telah menyediakan pelayan yang bisa melayaninya kapanpun dia ingin minum. Allah berfirman:

وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُونَ

“Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda.” (QS Al-Insan : 19)

Kemudian Allah berfirman:

  1. وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ

“Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun”

نَمَارِقُ adalah jamak dari نُمْرُقَةُ yaitu bantalan-bantalan sandaran yang tersusun. Karena bagi para penghuni surga disediakan bantalan-bantalan tempat bersandar yang tersusun rapi dan indah di surga kelak.

  1. وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ

“Dan permadani-permadani yang terhampar”

Dimana penghuni surga tersebut ingin duduk maka disitu ada permadani. Allah telah menyediakannya di setiap tempat. Demikianlah kenikmatan-kenikmatan yang akan dirasakan oleh para penghuni surga.

Setelah itu Allah mengajak orang-orang kafir untuk merenungkan keagungan dan kekuasaan Allah, karena mereka mengingkari kemampuan Allah untuk membangkitkannya di akhirat kelak. Allah berfirman:

  1. أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ

“Maka tidakkah mereka memerhatikan unta, bagaimana diciptakan?”

  1. وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ

“Dan langit bagaimana ditinggikan?”

  1. وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ

“Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?”

  1. وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

“Dan bumi bagaimana dihamparkan?”

Allah menyebutkan langit, gunung, bumi, dan unta karena ciptaan-ciptaan inilah yang sering disaksikan oleh orang-orang Arab tatkala itu. Allah ingin memberitahukan bahwa Allah kuasa untuk menciptakan itu semua.

Syuraih Al-Qodhi berkata :

اخْرُجُوا بِنَا حَتَّى نَنْظُرَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ

“Marilah kita keluar hingga kita melihat onta bagaimana ia diciptakan, dan melihat ke langit bagaimana diangkat dan ditinggikan oleh Allah?” (Tafsir Ibnu Katsiir 8/378)

Salah satu ciptaan Allah yang disebutkan dalam beberapa rangkaian ayat ini adalah unta. Pada unta tersebut banyak keajaiban-keajaiban. Imam Al-Qurthubi menyebutkan salah satu keajaiban unta. Ketika Allah berfirman, ”Di surga ada dipan-dipan yang ditinggikan” (QS Al-Ghasyiyah : 13), mungkin terbetik dalam hati orang-orang Arab Badui mendengar firman tersebut bagaimana cara menaiki dipan-dipan yang tinggi. Maka Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwasanya itu adalah hal mudah bagi Allah, beliau mengatakan bahwa dipan-dipan tersebut akan turun sendiri agar mudah dinaiki. Hal ini bisa disaksikan pada unta, jika ada orang yang hendak menaiki unta maka unta tersebut akan jongkok agar bisa dinaiki kemudian berdiri lagi.

Diantara keajaiban onta, onta adalah hewan yang sangat kuat, seandainya onta ngamuk maka sangat berbahaya dan bisa membunuh manusia. Namun dengan izin Allah onta adalah hewan yang sangat jinak, bahkan tunduk kepada manusia yang sangat lemah untuk ditunggangi dan dia lembut untuk diletakkan di atasnya barang-barang yang berat. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/378)

Diantara keajaiban unta adalah unta merupakan satu-satunya hewan yang mengumpulkan tiga fungsi sekaligus dan tidak terdapat pada hewan-hewan yang lain, sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Pertama, unta berfungsi sebagai kendaraan tunggangan jarak jauh; kedua, unta bisa mengangkut barang-barang yang berat; ketiga, daging dan susu unta bisa dimakan dan diminum. Ketiga fungsi ini terdapat pada satu hewan sekaligus kecuali pada unta. Selain itu, unta bisa menempuh shahra’ (padang pasir) yang begitu luas, karenanya unta dijuluki dengan safinatusshahra’ yaitu kapal padang pasir. Unta bisa berjalan di padang pasir dan kuat tidak makan dan tidak minum selama 8 hari, bahkan sebagian mengatakan bisa sampai 2 pekan. Ditambah seluruh tubuhnya diliputi dengan bulu-bulu yang tebal lagi keras, sehingga dengannya bisa membantu dirinya bertahan lama pada cuaca yang panas ataupun dingin dalam waktu yang lama. Bagian-bagian yang digunakan oleh unta untuk duduk juga berasal dari kulit yang sangat tebal, bagian lutut, kaki, paha sehingga ketika duduk di padang dia tidak kepanasan. Namun Allah menjadikan kulitnya tebal di bagian tertentu saja, agar tidak sulit disembelih dan bagian lainnya tidak sulit dikuliti.

Diantara keajaiban unta adalah lehernya yang panjang. Salah satu fungsi lehernya adalah seakan-akan sebagai dongkrak. Apabila unta sedang mengangkut barang yang banyak lalu dia berisitirahat, agar dia bisa mengangkat tubuhnya yang berat maka dia menggunakan lehernya sebagai dongkrak agar mudah naik. Hal ini tidak dijumpai pada hewan lain. Unta juga memiliki punuk di punggungnya, punuknya berfungsi sebagai tempat penyimpanan sumber makanan dan minuman. Inilah yang menjadi rahasia mengapa unta mampu bertahan lama tanpa makan dan minum. Kemudian jika dilihat dari kakinya maka kaki unta itu panjang sehingga tubuhnya tidak terlalu merasakan panas dari bawah yaitu padang pasir, ditambah kuku-kukunya yang mempunyai bentuk khas sehingga tidak akan terjebak ke dalam pasir, suatu hal yang sulit dilakukan oleh hewan-hewan lain jika terjebak di padang pasir. Unta juga memiliki kelopak mata yang tembus pandang. Sehingga apabila ditimpa angin debu atau badai pasir, dia bisa menutup matanya tetapi tetap melihat sekelilingnya, dan ini tidak dijumpai pada hewan lain.

Diantara keajaiban unta adalah bisa mengetahui sumber mata air dari jarak yang jauh, dan jika dia telah menemukan sumber mata air tersebut disebutkan bahwasanya dalam waktu 3 menit dia bisa menyedot 130 liter air. Di samping itu, selain air tawar unta juga bisa minum air laut, minuman yang tidak bisa dikonsumsi oleh hewan lainnya seperti kuda, sapi, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwasanya unta dapat bertahan hidup sendiri di tengah gurun pasir, bahkan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, terdapat hadits dari Rasulullah dari sahabat Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu anhu, ia berkata, “Datang seorang Badui kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya bertanya kepadanya tentang apa yang ia temukan. Beliau bersabda:

عَرِّفْهَا سَنَةً ثُمَّ اعْرِفْ َعِفَاصَهَاِ وَوِكَاءَهَا فَإِنْ جَاءَ أَحَدٌ يُخْبِرُكَ بِهَا وَإِلاَّ فَاسْتَنْفَقَهَا.

“Umumkan selama satu tahun, kemudian kenalilah tempatnya dan tali pengikatnya, apabila datang seseorang memberitahukan kepadamu tentangnya maka berikanlah, jika tidak maka belanjakanlah”.

Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kambing yang tersesat?’ Beliau menjawab, ‘Itu milikmu atau milik saudaramu atau milik serigala.’ Ia berkata, ‘Bagaimana dengan unta yang tersesat?’ Maka wajah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berubah dan bersabda, ‘Apa hubungannya denganmu? Ia membawa sepatu dan kantong airnya, ia bisa datang ke tempat air dan makan tumbuhan sampai bertemu dengan pemiliknya.” (HR Bukhari no. 2427 dan Muslim no. 1722 (2))

Kemudian diantara keajaiban unta adalah susu dan air kencingnya yang bisa jadi obat. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَدِمَ أُنَاسٌ مِنْ عُكْلٍ أَوْ عُرَيْنَةَ فَاجْتَوَوْا الْمَدِينَةَ فَأَمَرَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلِقَاحٍ وَأَنْ يَشْرَبُوا مِنْ أَبْوَالِهَا وَأَلْبَانِهَا فَانْطَلَقُوا فَلَمَّا صَحُّوا قَتَلُوا رَاعِيَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاسْتَاقُوا النَّعَمَ فَجَاءَ الْخَبَرُ فِي أَوَّلِ النَّهَارِ فَبَعَثَ فِي آثَارِهِمْ فَلَمَّا ارْتَفَعَ النَّهَارُ جِيءَ بِهِمْ فَأَمَرَ فَقَطَعَ أَيْدِيَهُمْ وَأَرْجُلَهُمْ وَسُمِرَتْ أَعْيُنُهُمْ وَأُلْقُوا فِي الْحَرَّةِ يَسْتَسْقُونَ فَلَا يُسْقَوْنَ

Dari Anas bin Malik berkata, “Beberapa orang dari ‘Ukl atau ‘Urainah datang ke Madinah, namun mereka tidak tahan dengan iklim Madinah hingga mereka pun sakit. Beliau lalu memerintahkan mereka untuk mendatangi unta dan meminum air kencing dan susunya. Maka mereka pun berangkat menuju kandang unta (zakat), ketika telah sembuh, mereka membunuh pengembala unta Nabi dan membawa unta-untanya. Kemudian berita itu pun sampai kepada Nabi menjelang siang. Maka beliau mengutus rombongan untuk mengikuti jejak mereka, ketika matahari telah tinggi, utusan beliau datang dengan membawa mereka. Beliau lalu memerintahkan agar mereka dihukum, maka tangan dan kaki mereka dipotong, mata mereka dicongkel, lalu mereka dibuang ke pada pasir yang panas. Mereka minta minum namun tidak diberi.” (HR. Bukhari no. 233)

Yang menjadi pokok pembicaraan adalah orang-orang tersebut minum susu dan air kencing unta hingga sehat kembali. Dan di zaman ini sudah ditulis risalah-risalah ilmiah tentang manfaat air kencing unta, disebutkan juga hasil penelitian yang membuktikan bahwa air kencing unta adalah air kencing yang steril dan tidak mengandung racun dan penyakit-penyakit, bahkan bisa menyembuhkan penyakit kanker.

Diantara keajaiban unta adalah unta merupakan hewan pencemburu. Jika dia ingin mengawini pasangannya maka tidak boleh ada unta jantan lain yang menyaksikannya. Bahkan jika dia menyaksikan ada unta lain yang mengumpuli betinanya maka dia bisa bertengkar dan membunuh unta tersebut. Hal ini berbeda dengan babi yang tidak punya rasa cemburu, jika babi tersebut telah mengumpuli betinanya maka dia mempersilahkan penjantan lain untuk mengumpuli betinanya. Inilah mengapa seseorang yang suka mengonsumsi daging babi maka rasa cemburunya akan hilang, berbeda jika suka mengonsumsi daging unta akan menambah rasa cemburu. Diantara karakter khas unta juga adalah dia mudah tunduk kepada tuannya, jika tuannya memeliharanya dan memperlakukannya dengan baik, maka dia akan baik dan menuruti tuannya. Namun jika tuannya jahat dan berkelakuan buruk kepadanya maka unta tersebut bisa dendam bahkan membalas perlakuan buruk tuannya dengan menyakiti tuannya tersebut

Intinya unta adalah hewan yang menakjubkan. Oleh karena itu, Allah menyuruh manusia untuk merenungkan bagaimana unta itu diciptakan.

Kemudian Allah berfirman:

  1. فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ

“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah yang pemberi peringatan”

  1. لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ

“Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka

Yakni Nabi Muhammad tidak bisa memaksa mereka untuk beriman (lihat Tafsir At-Thobari 24/341) karena hidayah ada di tangan Allah. Tugas Nabi hanyalah menyampaikan[2]

  1. إِلَّا مَن تَوَلَّىٰ وَكَفَرَ

“Kecuali (jika ada) orang yang berpaling dan kafir

Yaitu berpaling dengan anggota tubuhnya tidak mau beramal dan kafir dengan lisan dan hatinya tidak mau beriman

  1. فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ

“Maka Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang besar

Adzab yang besar maksudnya adalah adzab di akhirat di neraka Jahannam. Ini menunjukkan bahwasanya ada adzab yang kecil yaitu adzab di dunia berupa diperangi atau kesengsaraan hati, dan bisa juga adzab kubur, akan tetapi meskipun dinamakan adzab kecil tetapi adzab tersebut adalah adzab yang pedih. Adapun adzab yang besar adalah adzab di neraka.

Kemudian Allah berfirman:

  1. إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ

“Sungguh kepada Kamilah mereka kembali”

  1. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُم

“Kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka”

Maka Kami yang akan menghisab mereka dan memberi balasan kepada mereka, jika amalan mereka baik maka balasannya juga baik, dan jika amalan mereka buruk maka balasan mereka juga buruk.

Footnote:

[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaaq, Ibnu Abi Haatim, Ibnu Mardwaih, dan Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas yang meriwayatkan kisah ejekan Abu Jahal tersebut. (Lihat Fathul Qodiir, Asy-Syaukaani 3/286)

[2] Namun para ulama menyebutkan bahwa ayat ini mansuukh dengan ayat-ayat yang memerintahkan untuk memerangi kaum musyrikin yang tidak mau beriman kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (lihat Tafsir Al-Qurthubi 20/37)


Artikel asli: https://firanda.com/3640-tafsir-surat-al-ghasyiyah-tafsir-juz-amma.html